Jumat, 31 Januari 2014

Pemilu dan gerakan ekonomi

Pesta demokrasi tahun depan berupa pemilihan legislatif dan pemilihan presiden diyakini turut menggerakkan ekonomi sehingga pertumbuhannya bisa sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan kegiatan politik tahun depan justru akan menggerakkan ekonomi karena akan mendorong konsumsi. Selain faktor pemilu di internal, faktor eksternal juga turut mempengaruhi perekonomian nasional tahun depan. Salah satunya adalah ekonomi di benua Eropa yang sudah mulai menggeliat.

Menurut Ryan, meski total ekspor Indonesia ke Eropa hanya 9%, namun setidaknya dengan membaiknya perekonomian Eropa, ia mencontohkan maka produsen mebel dari Jepara bisa kembali mengekspor produknya ke negara-negara seperti Italia dan Swiss.

Selain itu, ekonomi China juga tumbuh dengan baik. Menurut Ryan, jika China tumbuh, maka efeknya bagus bagi Indonesia. Investasi dari China, Amerika Serikat, dan Jepang juga diperkirakan masih akan masuk ke Indonesia pada tahun depan. Pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan 5,8%—6,1%. Sementara itu menilas balik pada tahun ini, menurut Ryan ada dua peristiwa besar yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi tidak mencapai 6%.

Pertama adalah kemungkinan pemerintah Amerika Serikat bersama The Fed yang akan mengurangi stimulus moneter yang sudah diwacanakan sejak 22 Mei 2013. Peristiwa kedua adalah pada 22 Juni 2013, pemerintah Indonesia mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi rata-rata 33%. Peristiwa yang sudah diwacanakan sejak lama ini muncul di momen yang kurang tepat sehingga memukul perbankan dan sektor riil. Karena dua peristiwa besar ini, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan terkoreksi di bawah 6%, yakni dirange 5,7%—5,8%.

Diketahui bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akhirnya benar-benar memulai program pengurangan bertahap (tapering off) program pembelian surat berharga mulai Januari tahun depan. Federal Open Market Comittee (FOMC) memutuskan untuk mengurangi stimulus moneter dari US$85 miliar per bulan menjadi US$75 miliar per bulan mulai bulan depan. Menurut Ryan, pasar keuangan tidak akan goyah karena isu ini sudah digulirkan sejak Mei 2013.

Sementara itu pengamat politik Eep Saefulloh Fatah mengatakan masyarakat Indonesia sudah biasa dengan pemilu sehingga hal itu tidak perlu dicemaskan. Eep mencatat di Indonesia ada 533 pemilu dalam lima tahun, mulai dari pemilihan kepala daerah, legislatif, hingga presiden. Anang Basuki, CEO BNI wilayah Sumbar, Riau, dan Kepri mengatakan pihaknya mengadakan acara BNI Economic Outlook 2014 bagi para nasabahnya ini, demi memberi gambaran terkait prospek ekonomi dan juga politik pada tahun depan.


http://m.bisnis.com/finansial/read/20131219/9/193368/pemilu-2014-akan-gerakan-laju-ekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar