Minggu, 01 April 2012

Rangkuman BAB 4 Pendapatan Nasional, Pertumbuhan, dan Struktur Ekonomi

Prestasi ekonomi suatu bangsa atau Negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat yang biasa disebut dengan istilah Pendapatan Nasional. Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk menilai prestasi ekonomi suatu bangsa, ia cukup represetatif dan sangat lazim digunakan. Pendapatan nasional bukan hanya berguna untuk menilai perkembangan ekonomi suatu Negara dari waktu ke waktu, tapi juga membandingkannya dengan Negara lain.

Konsep-konsep Pendapatan Nasional Indonesia
Dalam arti sempit, “Pendapatan Nasional” adalah terjemahan langsung dari national income. Sedangkan dalam arti luas, “Pendapatan Nasional” dalam merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), atau merujuk ke Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP), Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP), atau merujuk ke Pendapatan Nasional (PN) alias National Income (NI).

o Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Di Indonesia, data mengenai pendapatan nasional dikumpulkan dan dihitung serta disajikan oleh Biro Pusat Statistik. Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan Produk Domestik Bruto, sebagaimana diketahui, dapat dihitung atau diukur dengan 3 macam pendekatan yaitu:
1. Pendekatan produksi
2. Pendekatan pendapatan
3. Pendeketan pengeluaran

Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu Negara dalam jangka waktu setahun. Unit-unit produksi secara garis besar dipilih menjadi 11 sektor atau lapangan usaha yaitu:
1. Pertanian
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listirk, gas, dan air minum
5. Bangunan
6. Perdagangan
7. Pengangkutan dan komunikasi
8. Bank dan lembaga keuangan lainnya
9. Sewa rumah
10. Pemerintahan
11. Jasa-jasa

Menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh factor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu Negara dalam jangka waktu setahun dan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sector atau lapangan usaha. Balas jasa produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. PDB juga mencakup penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut nilai tambah bruto sektoral.

Menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir yang meliputi:
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan
2. Pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok
3. Pengeluaran konsumsi pemerintah
4. Ekspor neto (ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu setahun

Produk Nasional Bruto (PNB) adalah produk domestik bruto ditambah pendapatan neto atas faktor luar negeri. Pendapatan neto atas faktor luar negeri ialah pendapatan atas faktor produksi warga Negara Indonesia yang dihasilkan di (diterima dari) luar negeri dikurangi pendapatan atas faktor produksi warga Negara asing yang dihasilkan di (diperoleh dari) Indonesia.
PDB dan PNB serta PNN atas dasar harga pasar, karena di dalamnya masih tercakup unsur pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung neto ialah jumlah seluruh pajak tak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi jumlah seluruh subsidi yang diberikan pemerintah.

o Metode Penghitungan Pertumbuhan Riil
PDB, PNB, PNN, dan PN secara umum disebut agregat ekonomi, maksudnya angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu Negara atau negeri. Dari agregat ekonomi ini selanjutnya dapat diukur pertumbuhan ekonomi. Ada 3 metode untuk mengubah angka menurut harga berlaku menjadi angka menurut harga konstan yaitu:
1. Metode revaluasi yaitu dilakukan dengan cara menilai produksi masing-masing tahun dengan menggunakan harga tahun tertentu yang dijadikan tahun dasar.
2. Metode ekstrapolasi yaitu dilakukan dengan cara memperbarui (updating) nilai tahun dasar sesuai dengan indeks produksi atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya.
3. Metode deflasi yaitu dilakukan dengan cara membagi nilai masing-masing tahun dengan harga relatif yang sesuai (indeks harga × 1/100)

o Metode Penghitungan Nilai Tambah
Nilai tambah (added value) adalah selisih antara nilai akhir (harga jual) suatu produk dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah yang dihitung menurut harga tahun yang berjalan disebut nilai tambah menurut harga berlaku. Untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan terdapat 4 macam cara yaitu:
1. Metode deflasi ganda yaitu dilakukan jika keluaran (output) menurut harga konstan dihitung terpisah dari masukan-antara (intermediate-input) menurut harga konstan. Dalam hal ini, nilai tambah menurut harga konstan adalah selisih antara keluaran dan masukan-antara menurut harga konstan.
2. Metode ekstrapolasi langsung yaitu dilakukan dengan menggunakan perkiraan-perkiraan dari perhitungan keluaran menurut harga konstan atau langsung menggunakan indeks produksi yang sesuai.
3. Metode deflasi langsung yaitu dilakukan dengan menggunakan indeks harga implisit dari keluaran atau secara langsung menggunakan indeks harga produksi yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah menurut harga yang berlaku.
4. Metode deflasi komponen pendapatan yaitu dilakukan dengan cara mendeflasikan komponen-komponen nilai tambah atas pendapatan-pendapatan yang membentuk unsur nilai tambah tersebut, yakni pendapatan tenaga kerja, modal, dan manajemen.

Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan Nasional Indonesia pada tahun 1993, menurut taksiran Biro Pusat Statistik, sebesar Rp 116,8 triliun. Sedangkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB), untuk tahun yang sama, masing-masing Rp 139,6 triliun dan Rp 133,4 triliun. Jadi bahwa pada setiap tahun PDB senantiasa lebih besar daripada PNB. Angka perubahan pada Produk Domestik Bruto, Produk Nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional Indonesia menurut harga konstan pada hakekatnya adalah pertumbuhan.

Sruktur Ekonomi Indonesia
Struktur ekonomi sebuah Negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan 4 macam sudut tinjauan yaitu:
1. Tinjauan makro-sektoral
2. Tinjauan keruangan
3. Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan
4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan

Tinjauan makro-sektoral dan tinjauan keruangan merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan merupakan tinjauan politik.
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya agraris (agricultural), industrial (industrial), atau niaga (commercial). Berdasarkan tinjauan keruangan (spasial) suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan atau tradisional dan berstruktur kekotaan atau modern. Berdasarkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan menjadi perekonomian etatis, egaliter, atau borjuis. Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya yang dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralistis dan yang desentralistis.

Konsep-konsep Pendapatan Ditinjau Kembali
Sejak beberapa tahun terakhir, konsep pendapatan nasional gencar digugat. Konsep konvensional yang ada dianggap kurang memadai untuk konteks sekarang. Terutama dalam kaitan dengan isu lingkungan hidup atau paradigma pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Konsep pendapatan nasional harus dimodifikasi, dikoreksi dengan biaya kerusakan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan ekonomi. Apabila pendapatan nasional dihitung dengan konsep Gross Domestic Product (GDP) dan biaya lingkungan dilambangkan dengan EC (Environmental Cost), maka secara sederhana GDP yang dimodifikasi dapat dirumuskan sebagai:
Modified GDP = Conventional GDPEnvironmental Cost
alias
GDPmod = GDP - EC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar