Sabtu, 05 Januari 2013

Posting 8 Ekonomi Koperasi

Review 5
KRITIK TERHADAP KOPERASI (SERTA SOLUSINYA) SEBAGAI MEDIA PENDORONG PERTUMBUHAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) 
Oleh: Bambang Suprayitno 
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) 

E. Penutup 

Secara konsep hampir bisa dikatakan bahwa koperasi adalah bentuk badan usaha yang paling ideal untuk diterapkan demi tercapainya kesejahteraan sosial. Namun seideal apapun suatu konsep hanya akan sebatas wacana belaka dan konsep ideal tadi hanya bisa terwujud dalam utopia ketika konsep yang diinginkan tidak sesuai dengan konteks yang ada dan ketika tidak dapat mengakomodasi perubahan yang ada di sekitarnya.
Kita bisa menarik hikmah kenapa kapitalisme tumbuh subur bahkan kehancurannya tidak terwujud sebagaimana yang didengungkan para filosof yang mempunyai ideology yang bertentangan dengan kapitalisme, namun sebaliknya kenapa komunisme semakin meredup bahkan seperti tdak ada nyawa dalam peradaban sekarang ini. Satu hal yang mesti dipetik dari fenomena ini adalah kapitalisme tumbuh subur karena ideologi dijalankan dengan penuh kebijakan dan adanya perbaikan terus menerus sehingga seringkali kita mendapatkan sentuhan sosialisme dari tangan-tangan pendukung kapitalis. 
Begitu juga dengan koperasi, sesempurna apapun konsep yang dikemukakan namun jika tidak bisa dijalankan dalam tataran kontekstual yang tepat maka tidak akan berjalan baik. Dengan adanya kritik dan evaluasi yang diwujudkan dalam perubahan yang mengadaptasi konsteks yang ada maka niscaya koperasi akan dapat mencapai tujuannya. 

Posting 7 Ekonomi Koperasi

Review 4
KRITIK TERHADAP KOPERASI (SERTA SOLUSINYA) SEBAGAI MEDIA PENDORONG PERTUMBUHAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) 
Oleh: Bambang Suprayitno 
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) 

D. Solusi Terhadap Permasalahan Yang Ada Dalam Koperasi 

Berangkat dari permasalahan yang dihadapi oleh koperasi maka penulis mengajukan beberapa solusi yang bisa diimplementasikan dalam koperasi sehingga unit usaha UMKM yang bernaung dibawahnya semakin maju dan kuat. Jika kinerja koperasi tidak dibenahi maka besar kemungkinan UMKM yang bernaung dibawahnya semakin lemah dan keropos karena adanya efek negatif karena bergabungnya dalam koperasi. 

1. Peningkatan Kualitas SDM dalam Koperasi
Anggota-anggota koperasi tidak dipungkiri berasal dari SDM yang kurang berkualitas oleh karenanya hal ini tidak bisa dipaksakan untuk meningkat dengan perkembangan yang baik. Yang paling penting untuk dijadikan fokus peningkatan SDM adalah personel yang terlibat dalam kegiatan operasional koperasi. Personel tersebut adalah pengawas, pengurus, dan pengelola.

Posting 6 Ekonomi Koperasi

Review 3
KRITIK TERHADAP KOPERASI (SERTA SOLUSINYA) SEBAGAI MEDIA PENDORONG PERTUMBUHAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) 
Oleh: Bambang Suprayitno 
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) 

C. Hambatan Sekaligus Kritik Terhadap Koperasi 

Secara umum jika diinventaris maka kendala yang juga bisa dianggap kritik yang dihadapi oleh koperasi ada dari berbagai sisi sebagaimana berikut: 

1. Sumber Daya Manusia (SDM) 
Banyak sekali kenyataan di lapangan yang mengungkapkan bahwa SDM yang ikut terlibat di dalamnya baik sebagai anggota, pengurus, maupun pengelola koperasi kurang bisa mendukung jalannya koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka koperasi berjalan dengan tidak professional dalam artian tidak dijalankan sesuai dengan kaidah sebagaimana badan usaha lainnya. 

Dari sisi keanggotaan, seringkali pendirian koperasi itu didasarkan pada dorongan yang dipaksakan oleh pemerintah. Akibatnya pendirian koperasi didasarkan bukan dari bawah melainkan dari atas sehingga pelaksanaan koperasi juga tidak sepenuh hati. 

Pengurus yang dipilih dalam Rapat Anggota (RA) sering kali dipilih berdasarkan status sosial (baik strata ekonomi ataupun adat) dalam masyarakat itu sendiri. Dengan demikian pengelolaan koperasi dijalankan dengan kurang adanya kontrol yang ketat dari para anggotanya. Hal ini disebabkan karena adanya rasa keengganan dari para anggota itu sendiri. 

Sedangkan pengelola yang ditunjuk oleh pengurus seringkali diambil dari kalangan yang kurang profesional. Seringkali pengelola yang diambil bukan dari kalangan yang berpengalaman baik dari sisi akademis maupun penerapan dalam wirausaha melainkan dari orang-orang yang kurang atau bahkan tidak mempunyai pekerjaan. 

Posting 5 Ekonomi Koperasi

Review 2
KRITIK TERHADAP KOPERASI (SERTA SOLUSINYA) SEBAGAI MEDIA PENDORONG PERTUMBUHAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) 
Oleh: Bambang Suprayitno 
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) 

B. Sekilas Tentang Koperasi 

1. Konsep Koperasi 
Menurut Britannica Concise Encyclopedia, Koperasi atau Cooperative Organization bermakna organization owned by and operated for the benefit of those using its services. Makna mudahnya adalah organisasi koperasi adalah organisasi yang dimiliki sekaligus dioperasikan untuk kepentingan penggunanya dalam hal iniadalah anggotanya. Koperasi berawal dari kata "co" yang berarti bersama dan "operation" (operasi) artinya bekerja sehingga koperasi diartikan bekerja sama. Sedangkan pengertian umum koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam suatu organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan anggota. 

Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771–1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786–1865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi. 

Posting 4 Ekonomi Koperasi

Review 1
KRITIK TERHADAP KOPERASI (SERTA SOLUSINYA) SEBAGAI MEDIA PENDORONG PERTUMBUHAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) 
Oleh: Bambang Suprayitno 
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta) 

Abstrak 
Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi oleh karenanya koperasi dijadikan soko guru perekonomian Indonesia. Paradigma seperti ini didukung oleh pemerintahan baik dari Orde Lama hingga Orde Reformasi ini. 
Akan tetapi tidak sedikit tentangan dan hambatan yang dialami pergerakan koperasi ini. Kondisi empiris mengungkapkan bahwa banyak sekali koperasi yang ada di Indonesia tidak dapat mensejahterakan anggotanya bahkan banyak yang mengalami kegagalan seiring dengan waktu sehingga bubar dengan sendirinya akibat berbagai faktor. 
Kondisi organisasi koperasi yang kuat akan mendorong juga penguatan UMKM namun jika koperasi tidak sehat maka menjadi suatu kesia-sian UMKM bergabung dalam wadah ini. Jika UMKM berjuang sendiri-sendiri maka besar kemungkinan akan terlibas arus globalisasi dan perdagangan bebas. Ujung–ujungnya tak ubahnya kita akan terjajah secara ekonomi oleh kekuatan perusahaan multinasional yang masuk dalam aktivitas ekonomi domestik kita. 
Kata Kunci: Koperasi, UMKM, Ekonomi Rakyat 

Posting 3 Ekonomi Koperasi

Review 3
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN PADA BADAN USAHA BERBENTUK KOPERASI 
Oleh 
Ali Mutasowifin 
Jurnal Universitas Paramadina Vol.1 No. 3, Mei 2002: 245-264 

Sebuah Penilaian Kinerja dengan Kesejahteraan Anggota sebagai Tujuan Utama 
Dari telaah sebelumnya, dapat kita ketahui betapa sentralnya kedudukan anggota dalam sebuah badan usaha yang berbentuk koperasi. Juga disebutkan dengan tegas bahwa anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Dengan demikian, tidaklah bermakna sama sekali bila sebuah koperasi mampu membukukan angka penjualan atau bottom line yang tinggi, bilamana itu diperoleh dari transaksi yang sebagian besar --atau bahkan seluruhnya-- dengan mereka yang justru bukan anggota koperasi tersebut. Dengan kata lain, pada kondisi tersebut partisipasi anggota amatlah rendah bahkan tidak ada sama sekali.
Demikian pula halnya bila kita jumpai sebuah koperasi yang berhasil meraih sisa hasil usaha yang besar, namun kesejahteraan para anggotanya tetap terabaikan. Ironisnya, kondisi demikian jamak ditemui saat ini. Jelas, hal ini menafikan makna keberadaan koperasi yang bertugas utama meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Apabila kondisi demikian terjadi, berarti koperasi tersebut benar-benar menyalahi kriteria identitasnya sebagai sebuah koperasi. 

Posting 2 Ekonomi Koperasi

Review 2
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN PADA BADAN USAHA BERBENTUK KOPERASI
Oleh
Ali Mutasowifin 
Jurnal Universitas Paramadina Vol.1 No. 3, Mei 2002: 245-264 

Perbedaan Karakteristik Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya 
Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai karakteristik koperasi, yang ditunjukkan dalam prinsip-prinsip serta nilai dasar koperasi. Kalau yang dimaksud nilai dasar itu adalah “behavioural assumption” pelaku bisnis, maka mengacu pada paradigma transaction cost analysis, tidak ada bedanya antara “manusia koperasi” dengan “manusia bukan koperasi”. Baik manusia “koperasi” maupun manusia “bukan koperasi” dilandasi oleh “behavioural assumption” yang sama, yakni (1) bounded rationality dan (2) opportunistic behaviour (Hardjosoekarto, 1994). 
Yang pertama mengacu pada anggapan bahwa pelaku bisnis memiliki keterbatasan dalam menyerap informasi. Yang kedua menganggap bahwa bila ada kesempatan, para pelaku bisnis cenderung mengejar keuntungannya sendiri dengan kecurangan (self interest-seeking with quile). Memang benar kedua anggapan ini seringkali dipandang terlalu pesimis. Akan tetapi, kalau diperhatikan bahwa tindakan-tindakan kecurangan dan kebocoran terjadi di berbagai tempat, baik di koperasi maupun bukan koperasi, maka sebenarnya cukup alasan untuk tidak segera menyangkal asumsi pesimistis tersebut. 

Posting 1 Ekonomi Koperasi

Review 1
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN PADA BADAN USAHA BERBENTUK KOPERASI
Oleh
Ali Mutasowifin
Jurnal Universitas Paramadina Vol.1 No. 3, Mei 2002: 245-264

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi perusahaan. Pengukuran tersebut, misalnya, dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar penyusunan imbalan dalam perusahaan. Selama ini, pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan atau Return on Investment yang tinggi akan dinilai berhasil, dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan.
Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari aspek keuangan dapat menyesatkan. Kinerja keuangan yang baik saat ini kemungkinan dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Mengatasi kekurangan ini, ditambah dengan kenyataan betapa aktiva perusahaanperusahaan di era informasi ini lebih didominasi oleh intangible assets yang tak terukur, dicobalah pendekatan baru yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat aspek atau perspektif, yakni perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta proses belajar dan berkembang. Keempat perspektif tersebut merupakan uraian dan upaya penerjemahan visi dan strategi perusahaan ke dalam terminologi operasional (Kaplan dan Norton, 1996).